Showing posts with label Sana Jalaluddin Rumi. Show all posts
Showing posts with label Sana Jalaluddin Rumi. Show all posts

Thursday, December 10, 2015

Jangan "Ke Sana"

Kan sudah kukatakan padamu,
jangan "ke sana"!
karena yang kau kenal, hanya aku.

~ Maulana Rumi

"Disana" mana yang mesti kita hindari dan kita tak semestinya pergi kesana? Rumi menjawabnya dengan bait selanjutnya "karena yang kau kenal hanya aku".

Aku disini memiliki dua makna; diri dan Tuhan. Aku sebagai diri sebab kita mengenal diri kita sendiri meskipun tidak sepenuhnya, dan Aku sebagai Tuhan karena fitrah suci manusia selalu mengingat-Nya dan selalu ingin kembali pada-Nya.

Saat manusia melangkah "ke sana", berarti ia telah melangkah keluar dari rumahnya dan menuju suatu tempat diluar dirinya. "Disana" adalah tempat yang akan menyibukkan dirinya, sibuk dengan permainan-permainan diluar dirinya. Kesibukan tersebut akan membuatnya terasing, sebab ia hanya asyik diluar padahal rumah eksistensinya ada dalam dirinya yang setiap saat menantinya.

Bahkan saking sibuknya sehingga ia lalai dari dirinya dan tentu lalai dari Ilahi sebab Ilahi bersemayam dalam hati manusia. Di dunia ini penuh dengan "Disana" yang menyebabkan kita lalai. Tempat yang mengantarkan kepada kelalaian. "Disana" bahkan bisa bermakna manusia itu sendiri yaitu saat kita duduk bersamanya hanya mengantarkan kita pada kelalaian dan keterasingan akan realitas diri.

Namun Maulana Rumi mengingatkan kita, di dunia ini tak ada yang memiliki kawan sejati. Setiap manusia hanya memiliki satu kawan sejati yaitu Tuhan. Karena setiap manusia memiliki keterbatasannya sendiri, dan kita tak mungkin menuntut sesuatu dari manusia diluar keterbatasan dirinya, sementara makna kawan sejati ialah memberi tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sebab itu kawan sejati manusia hanya ada dua; dirinya dan Tuhannya.

Dalam kesempatan lain Maulana Rumi mengatakan, "aku mencari Tuhan dan yang kutemukan adalah diriku, dan aku mencari diriku dan aku temukan Tuhan". Oleh sebab itu maksud "disana" menurut Rumi adalah tempat yang tak dapat menemukan "diri" dan juga "Tuhan" karena semuanya asing dan terasing.

Pada akhirnya Rumi ingin menyampaikan pesan Tuhan;

"datanglah . . .
hanya padaKu saja,
karena hanya Aku saja kawanmu"