Showing posts with label Dialektika. Show all posts
Showing posts with label Dialektika. Show all posts

Sunday, August 2, 2015

Kontradiksi Menurut Hegel

Mereka yang akrab dengan filsafat Hegel akan memahami bahwa salah satu karekteristik logika dialektika hegel adalah kontradiski atau paradoks. Dan oleh karena itu setiap konsep adalah kontradiksi, dan bukan hanya konsep 'lingkaran segiempat' yang kontradiksi sebagai salah satu contoh.

Namun mesti dipahami, maksud kontradiksi dalam pandangan Hegel, bukan kontradiksi sebagaimana yang dipahami oleh Aristoteles sebab jika yang kita gunakan sejak awal adalah kontradiksi dalam pemaknaan Aristoteles maka tentu pembicaraan mengenai kontradiksi Hegelian tak punya makna sama sekali, bahkan kita tak lagi bisa berbicara dan membahasnya. Seluruh proposisi dialektika Hegel niscaya batil jika tolak ukur dalam menilainya melalui pendekatan logika Aristotelian.

Maksudnya jika anda meyakini kemustahilan terjadinya kontradiksi, namun pada saat yang sama setiap wujud akan menghasilkan ketiadaan dan setiap ketiadaan akan menghasilkan wujud, maka tentu logika manusia tak lagi bermakna dan bahkan hanya akan menghancurkan logika fitrawi manusia. Oleh karenanya Hegel tidak bermaksud membenturkan logika dialektikanya dengan logika Aristotelian. Karena Hegel pun memahami dengan baik logika Aristotelian sehingga bisa mengatakan dialektika ada sekaligus tidak ada, kontradiksi sekaligus tidak kontradiksi. Sebab itu Hegel ingin memberikan pemaknaan yang lain tentang kontradiksi.

Hegel saat memberikan penjelasan tentang logika dialektikanya mengatakan, "saya mengatakan setiap sesuatu mengandung anti-tesa, lawan atas dirinya sendiri di dalam dirinya. Namun pengertian anti-tesa atau lawan atas dirinya adalah dalam pemaknaan 'meliputi', bukan dalam pemaknaan tesa adalah anti-tesa itu sendiri sebagai realitas yang tunggal yang akan meniscayakan kontradiksi. Jadi perlu dipahami, istilah 'meliputi' beda dengan istilah kontradiksi pada satu realitas objek.

Meski demikian sebagian penafsir Hegelian masih meyakini dialektika Hegelian dalam hal ini kontradiksi Hegelian secara konsep sama dengan kontradiksi Aristotelian. Apalagi Hegel sangat memahami pemikiran filsuf sebelumnya. Kemudian penafsir Hegelian menambahkan, sebenarnya Hegel ingin menjelaskan bahwa ada beberapa jenis bentuk logika. Misalnya dalam logika Aristotelian kontradiksi dianggap sebagai suatu kemustahilan, namun dalam logika lain tidak mustahil.