Showing posts with label Epistemologi; Gambaran dan Pemahaman. Show all posts
Showing posts with label Epistemologi; Gambaran dan Pemahaman. Show all posts

Saturday, July 25, 2015

Antara Gambaran dan Pemahaman

Allah adalah cahaya langit dan bumi . . . (Annur;35). Al-Gazali dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, cahaya memiliki empat tingkatan; mishbah, zujajah, misykat, dan zaitunah. Selanjutnya Al-Gazali mengatakan, empat tingkatan ini dapat dipahami namun tak dapat dikonsepsikan atau digambarkan.

Lalu apakah perbedaan antara konsepsi dan pemahaman?

Banyak hal yang mampu terpahami namun kita tak mampu menggambarkan atau mengkonsepsikannya. Misalnya saat anda berada di kelas, anda memahami bahwa anda berada di dalam kelas dan anda pun mampu menggambarkan kelas tersebut. Namun berbeda dengan persoalan waktu, kita bisa memahami namun tak bisa digambarkan dan dikonsepsi. Kita sering menggunakan kata azali dan abadi karena kita memahami maknanya, namun apakah kita bisa menggambarkannya?

Contoh lainnya apakah kita punya gambaran atau konsepsi tentang Tuhan? Bagaimana kita bisa menggambarkan Tuhan? Ali bin Abi Thalib mengatakan, betapapun dirimu berusaha menggambarkan Tuhan secara mendalam, gambaran itu adalah makhlukmu atau ciptaanmu.

Ada banyak persoalan yang mungkin saja kita tak memiliki gambarannya secara jelas sehingga kecendrungan manusia tentu lebih mementingkan persoalan yang mampu digambarkan secara nyata.

Menurut filsuf islam, sesuatu yang memiliki gambaran, terkait dengan alam imajinasi. Pada prinsipnya, bermajinasi ialah mempersepsi gambar, namun istilah ini dalam pandangan orang awam terkadang dipahami secara negatif. Padahal makna imajinasi atau berimajinasi ialah mempersepsi sesuatu yang memiliki gambar.

Pertanyaan selanjutnya, apakah manusia hanya sampai pada level imajinasi atau khiyal atau mampu menembus pada alam selanjutnya? Para penyair lebih banyak bergelut di alam imajinasi. Karena mereka memiliki imajinasi yang kuat sehingga mampu menciptakan syair yang memiliki makna yang tinggi. Bahkan imajinasi mampu menggambarkan kontradiksi yang tak mungkin terjadi di alam eksternal, karena imajinasi adalah alam yang tak tertabas. Terbatasnya justru pada subjek yang membatasinya.

Namun bagaimana dengan persepsi akal? Misalnya konsep "setiap akibat pasti memiliki sebab" apakah memiliki bentuk? Jangan lihat pada api yang memberikan efek panas, sebab api dan panas hanya salah satu dari partikularitas hukum kausalitas.

Nah sekarang konsep "setiap akibat pasti ada sebabnya" bagaimanakah menggambarkannya dan mengkonseptualkannya? Konsep-konsep universal tak memiliki bentuk. Universal dapat digambarkan ketika dikaitkan pada partikularnya. Persoalan bentuk terkait pada partikularitas, bukan universal sebagaimana universal. Dan berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia tidak hanya berhenti pada alam imajinasi saja, namun juga bisa menembus pada alam selanjutnya yaitu alam akal.