Urafa meyakini akan adanya
relasi keniscayaan yang terus menerus antara wujud dengan kehidupan manusia dan
juga dengan entitas-entitas yang lainnya. Bahkan dari waktu ke waktu (dari saat
ke saat) senantiasa berubah sehingga senantiasa baru dan baru. Emanasi wujud
dari sumber wujud senantiasa tercurahkan kepada segala entitas sehingga setiap
saat mengalami perubahan dan baru. Urafa menyebut hal ini dengan teori
‘menanggalkan dan memakai’ (khal’ wa labs). Maksudnya ‘keberadaan’
sebelumnya seluruhnya sirna (menanggalkan) dan kemudian mendapatkan keberadaan
yang baru (memakai) dimana keberadaan yang baru ini serupa dengan keberadaan sebelumnya. Bukan
dalam pemaknaan bahwa eksistensi sebelumnya tetap ada dan tanpa perubahan, lalu
kemudian ditambahkan padanya keberadaan yang baru. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Rumi:
Setiap jiwa
senantiasa baru, dunia dan kita
Tanpa
tahu kebaruan itu dalam keabadian
Umur
bagai arus, baru dan baru
Berlangsung
terus menerus dalam tubuh
Berkenaan dengan hal ini, Urafa
dalam kaidahnya mengatakan ‘wujud tidak tetap dalam dua waktu’. Menurut urafa
kaidah ini berlaku pada segala entitas makhluk, baik itu substansi maupun
aksiden. Kaidah urafa lainnya yang sejalan dengan kaidah ini yaitu ‘tak ada
perulangan dalam tajalli’.
Pertanyaannya mengapa keberadaan
yang kita saksikan ini tak ada perubahan yang berlangsung secara terus menerus
bahkan seolah tetap. Kita melihat keberadaan tersebut senantiasa berada dalam
satu kondisi. Alasannya karena adanya emanasi wujud yang terus menerus menerpa
segala entitas dari sumber segala keberadaan. Emanasi ini tak pernah terhenti
dan senantiasa berlangsung dari momen ke momen. Sebagaimana air hujan yang
turun dari langit, kita saksikan seolah air hujan itu berbentuk garis lurus
yang tak pernah terputus-putus, padahal jika diamati secara seksama turunnya air
hujan, tidaklah demikian halnya.
Persoalan
tajaddud amtsal ini bisa ditemukan dalam Qur’an. Silahkan lihat surah
alwaqiah;61 ‘untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang
seperti kamu’. Juga dalam surah qaf;15
‘Sebenarnya mereka berada dalam pakaian dari penciptaan yang baru’. Surah
fathir;16 ‘Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan
mendatangkan dengan penciptaan yang baru’. Kemudian pada surah arrahman;29 ‘Semua
yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia
berada dalam kesibukan’.
Berdasarkan
dengan uraian tajaddud amtsal diatas, memang terdapat kemiripin dengan uraian
Mulla Sadra berkenaan dengan gerak substansi. Tapi benar, gerak substansi
diilhami dari pandangan urafa tentang penciptaan yang terus menerus berlangsung
(tajaddud amtsal). Sebagaimana dipahami bahwa dalam gerak substansi, manusia
senantiasa bergerak terus menerus melalui potensi yang ia miliki. Gerak dari
potensi menuju aktual pada materi senantiasa berlangsung terus menerus. Kita
tidak bisa mengasumsikan akan adanya titik diam pada gerak sehingga dikatakan
bahwa gerak adalah kumpulan dari potongan titik-titik. Akan tetapi gerak adalah
meninggalkan apa yang ada sebelumnya dalam bentuk potensi dan meraih apa yang
datang padanya (aktual) dan hal ini berlangsung secara terus menerus dan tanpa
terputus-putus hingga sampai pada titik aktul.