Di dunia ini hanya ada satu keutamaan, dan itu kesadaran.
Dan hanya ada satu dosa, dan itu kejahilan.
Dan adapun diantara keduanya, keterbukaan dan ketertutupan setiap mata adalah satu-satunya pembeda antara manusia sadar dan manusia jahil.
~ Rumi
Langkah pertama sampai ke tingkat kesadaran adalah memusatkan diri pada tindakan, perkataan, dan pikiran. Saat manusia memahami kondisi-kondisi yang terjadi pada dirinya, baik itu pikiran, imajinasi, dan juga kehidupan dirinya, pertanda bahwa ia telah memiliki satu tahap kesadaran tertentu atas realitas dirinya. Dan pada saat itulah, ia akan menemukan keajaiban akan hakikat dirinya.
Menurut Maulana Rumi, seluruh fenomena kehidupan, segala usaha, dan segala mimpi-mimpi manusia adalah suatu bentuk bahasa sindiran. Sebab manusia tanpa sadar mencari sesuatu yang jauh sebelumnya sesuatu tersebut secara tersembunyi telah ada di dalam dirinya. Namun persoalan ini akan terpahami setelah manusia telah sampai kepada hakikat, bukan sebelumnya.
Hampir dalam seluruh syair Maulana dalam matsnawi menjelaskan mata penglihatan dan hati penyaksian sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Maulana ingin mengatakan, keajaiban senantiasa menyertai kita dan setiap saat terjadi dalam kehidupan kita. Hanya perlu memandangnya saja dan tak perlu menambahkan sesuatu kecuali penglihatan.
Tak perlu kita keluar mencari sesuatu tempat agar kita memahami keajaiban tersebut, sebab setiap tempat adalah keajaiban saat mata kesadaran kita terbuka. Yang dibutuhkan hanya keterbukaan mata kesadaran. Dan penglihatan kesadaran ini terhubung erat dengan pendengaran. Ajaibnya, seluruh rahasia ibadah terletak pada penyaksian dan pendengaran. Jika kita bisa belajar bagaimana melihat dan mendengar, kita akan meraih rahasia paling dalam perihal ibadah.