Wal Ashri yakni Demi masa. Ada satu pertanyaan
yang menarik, Mengapa Tuhan bersumpah dengan masa? Mengapa Tuhan tidak
bersumpah atas diriNya sendiri atau atas namaNya? Sebenarnya apa yang dimaksud
dengan masa (al-Ashri). Di sini. al-Ashr berasal dari ad-Dahr yang juga terkait dengan persoalan konteks masa. Dalam hadits dijelaskan bahwa ad-Dahr merupakan salah satu dari nama Tuhan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sebenarnya Tuhan bersumpah atas namanya sendiri. Tuhan tidak bersumpah atas sesuatu di luar
diriNya.
Salah satu hadis dari...
Sunday, December 30, 2018
Saturday, December 29, 2018
Fenomenologi Mal dan Ideologi
Bagi anda yang sering
mengunjungi Mal-Mal besar di Jakarta. Sangat mudah menjumpai beragam
jenis manusia dari berbagai latar belakang ideologi dan pemikiran. Bahkan tak
perlu mewawancarai satu persatu untuk menanyakan prihal keyakinan mereka.
Pakaian yang mereka gunakan sedikit banyaknya menjelaskan seperti apa keyakinan
mereka. Dan akan nampak lebih mudah lagi jika pengunjung Mal tersebut sudah
menggunakan simbol-simbol tertentu yang menegaskan keyakinan mereka.
Mulai dari pakaian yang terbuka sampai pakaian tertutup
dan bercadar...
Friday, December 28, 2018
Saat Satu-Satunya Kemewahan adalah Kesederhanaan
“Mengapa ada orang yang berjalan tanpa alas kaki, sambil
mengitari pinggiran jalan-jalan kota. Kira-kira apa yang sedang ada di benak
mereka? Mengapa mereka seolah tak pernah peduli dengan kehidupan kemegahan
orang-orang moderen?” pertanyaan ini selalu hadir, setiap kali melihat
orang-orang Baduy menelusuri keramaian sudut-sudut kota Jakarta.
Pertanyaan tentang “apa yang ada di benak mereka”
hampir-hampir tak kan pernah terjawab dengan baik, terkecuali ada saat, kita
benar-benar mampu hadir di dalam kehidupan mereka.
Pengalaman...
Saturday, November 24, 2018
Selamat Hari Guru, Guruku!
Kata Guru selalu membawa kita ke masa kanak-kanak. Masa yang paling indah dengan segala bentuk kepolosan dan keluguan. Saat masih kanak-kanak dahulu, kita tak mampu melihat kekanak-kanakan kita. Kita hanya tahu setelah melewati masa kanak-kanak.
Saat dewasa dan mencoba menengok masa kecil kita dahulu, mungkin sebagian dari kita akan tertawa, melihat bagaimana kelakuan kita saat masa kecil dahulu. Bahkan boleh jadi, ada sebagian dari kita yang mengalami trauma dengan masa kecilnya yang hanya akan memberikan kesedihan dan air mata saat kita menengoknya...
Wednesday, October 31, 2018
Wittgenstein: Filsuf Tak akan Bisa Berdusta
Saat usia remaja, Wittgenstein menghabiskan waktunya menjadi seorang guru, mengajar anak-anak sekolah dasar. Suatu ketika saat sedang mengajar, salah satu anak kelasnya berbuat ulah. Saat itu Wittgenstein kehilangan kendali, tak kuasa mengontrol emosinya. Anak itu dipukul olehnya sekeras mungkin, hingga pingsan. Wittgenstein panik dan membawa anak itu ke ruangan kepala sekolah.
Wittgenstein akhirnya diintrogasi oleh pihak berwajib. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan kepada dirinya soal penyebab anak itu pingsan. Ia memilih mengelak dengan berbohong....
Tuesday, October 30, 2018
Mengapa Mesti Ada ‘Polisi-Tidur’?
Tentu ada
alasan dan tujuan yang jelas mengapa mesti ada polisi-tidur.
Pertanyaan-pertanyaan tentang polisi-tidur dalam tulisan ini tidak
diperuntukkan untuk posisi polisi-tidur yang menjadi satu-satunya alasan
terbaik dalam mengontrol laju kecepatan kendaraan, seperti di tempat-tempat
lalu lalang anak-anak bermain, di sekolah-sekolah,
dan tempat-tempat peribadatan.
Namun saya
yakin, kita pernah berada di atas jalan di mana dalam beberapa radius meter ke
depan selalu dipertemukan dengan polisi-tidur. Setiap orang terpaksa dan
dipaksa...
Cinta ala Nietzche atau Rumi, Pilih Mana?
Bagi mereka yang akrab dengan tulisan-tulisan Nietzche dalam berbagai karyanya, biasanya akan menyimpulkan, Nietzche sangat tidak suka dengan cinta. Ia menentangnya dan boleh jadi ada yang menyimpulkan kalau Nietzsche sangat benci dengan cinta.
Namun ada hal yang perlu kita pertanyakan, cinta yang mana yang tidak disukai oleh Nietzsche dan cinta seperti apakah itu?
Kalau kita bertanya lebih dalam, kita akan tahu sebenarnya Nietzsche tidak menentang segala bentuk cinta. Ia menentang jenis cinta ‘keawaman’ dan tentu cinta yang bersifat politik....