Perbedaan
Akhlak dengan Amalan Sufistik;
1. Pembahasan akhlak adalah suatu pembahasan yang akan membimbing manusia
dalam meraih sifat-sifat malakah dengan menundukkan beberapa fakultas dalam
diri manusia. Sedangkan amalan sufistik dilakukan sebagai tujuan agar menyaksikan
hakikat-hakikat batin dan tujuan tertinggi adalah liqaullah.
2. Pembahasan yang tidak dibahas di dalam persoalan akhlak ialah mengenai
persoalan sair suluk atau mengarungi perjalanan ruhaniah dari satu maqam menuju
maqam selanjutnya hingga sampai pada puncak tertinggi yaitu liqaullah.
Adapun wilayah akhlak membimbing manusia dalam memperindah ruh dengan
sifat-sifat yang baik seperti adil, jujur, amanah, dan sifat-sifat lainnya. Selain
itu pula tugas akhlak adalah menjauhkan nafs dari sifat-sifat yang buruk.
3. Tindakan manusia tanpa disertai dengan tawajjuh kepada Ilahi akan
menyebabkan tindakan tersebut tak lagi punya makna secara ruhaniyah. Sedangkan dalam
akhlak tidak mesti disyaratkan demikian.
Beberapa hal penting terkait dengan persoalan tazkiyah dan suluk;
1. Setelah manusia memutuskan berjalan menuju Allah swt, kebutuhan utama
seorang pesuluk adalah terkait dengan persoalan riyadhah (latihan) atau biasa
juga disebut dengan tazkiyah. Adapun makna berjalan menuju Allah swt;
a. Bahwa kita akan berangkat menuju Tuhan dalam tingkatan yang paling batin,
sebagaimana Quran menjelaskannya dengan kalimat "Dialah yang Akhir".
b. Dalam surah al-Syura (42);53, "ingatlah, bahwa kepada Allah-lah
kembali segala urusan”. Ayat tersebut ingin menjelaskan bahwa hakikat
segala sesuatu kembali kepada Allah swt, bukan kembali kepada surga dan neraka.
Sebab itu jika manusia kembali kepada neraka atau surga, sebenarnya kita tidak termasuk
ke dalam rombongan kafilah alam semesta sebab alam semesta kembali kepada Allah
swt, bukan ke neraka atau ke surga.
c. Dalam surah al-Maidah (5);35 Allah swt berfirman, " . . . dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya". Allah swt
memerintahkan kita untuk mencari perantara agar dapat kembali kepada-Nya. Bahwa
tujuan adalah Allah swt dan selain Tuhan adalah wasilah atau perantara. Namun manusia
yang tak sadar menjadikan Tuhan sebagai perantara agar dimasukkan ke surga
sehingga tujuannya adalah sorgawi, bukan kepada Ilahi.
d. Dalam surah al-Qashas (28);88 Allah swt berfirman, "tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya”. Berdasarkan ayat ini, jika kita
mencari selain Allah swt pada hakikatnya kita mencari kesirnaan dan bukan
keabadian sebab segala sesuatu sirna kecuali wajah-Nya.
2. Pada umumnya setelah manusia memiliki kesadaran dan merenungi bahwa Allah swt
meliputi segala sesuatu, manusia akan mengalami apa yang disebut dengan yaqzah.
Yaqzah adalah suatu bentuk perubahan secara revolusioner dalam diri
manusia. Perubahan tersebut secara langsung akan menarik manusia kembali kepada
Ilahi. Manusia rindu dan ingin bergerak untuk sampai kepada kebahagiaan yang
sejati yang disebut dengan liqaullah. Sebab itu menurutu kaum
sufi, iradah adalah awal gerak manusia dan liqaullah adalah titik akhir perjalan manusia.
Diantara maksud-maksud dalam melakukan riyadhah;
1. Menjauhkan segala hal selain Tuhan dalam proses suluk. Disini pesuluk akan
memahami bahwa zuhud yang sebenarnya adalah menghilangkan segala bentuk
rintangan eksternal yang dapat menghalangi manusia menuju Allah swt.
2. Menghilangkan penghalang internal atau segala sesuatu yang ada di dalam
diri manusia yang akan menghalangi manusia menuju Allah swt. Berikut ini
beberapa hal yang mesti dilakukan agar manusia bisa berhasil dalam melakukan
tahap ini;
a. Beribadah yang disertai dengan tafakkur.
b. Mendengarkan keindahan Ilahi.
c. Mendengarkan perkataan orang-orang yang memiliki jiwa yang bersih.
3. Manusia berusaha melembutkan jiwanya sebab Allah swt memiliki sifat lathif
(MahaLembut) sebab itu jika manusia tak memiliki jiwa yang lembut akan
sulit terkoneksi secara langsung (tanpa hijab) dengan Ilahi. Dalam hal ini manusia
perlu melakukan dua hal: berusaha memiliki pikiran yang jernih dan juga cinta
yang jernih.
Penjelasan Mengenai Zuhud
Pemaknaan zuhud dalam ranah sufistik berbeda dengan zuhud
dalam ranah akhlak. Zuhud dalam ranah akhlak tak ubahnya seperti transaksi,
seolah-olah memberikan sesuatu dan berharap mendapatkan sesuatu dari pemberian
tersebut. Adapun zuhud bagi seorang arif ialah meninggalkan segala bentuk
kenikmatan yang akan menghalangi manusia berjalan menuju Ilahi. Dalam kata
lain, zuhud bagi seorang arif ialah meninggalkan segala perkara yang akan
membuat manusia lalai dari mengingat Ilahi.
Makna Tafakkur
Maksud dari tafakkur disini ialah menundukkan nafsu
ammarah melalui nafsul muthmainnah. Jika nafsul muthmainnah berhasil
mendominasi nafsu ammarah maka fakultas imajinasi dan waham manusia akan
suci dan mampu menghindari hal-hal yang buruk. Sebelum melakukan riyadhah,
manusia terpenjara oleh alam imajinasi dan wahamnya namun setelah melakukan
riyadhah akan terbebas dari hal tersebut.
Dalam menundukkan nafsu ammarah, hendaknya manusia
melakukan ibadah yang disertai dengan tafakkur. Jika dalam melakukan suatu
rangkaian ibadah, jiwanya senantiasa tawajjuh kepada Allah swt maka ia sedang
berada di jalan Allah swt sehingga ia akan mendapatkan pertolongan dari aspek
tawajjuh tersebut.
Dosa adalah penghalang dalam meraih ketaatan. Demikian halnya,
meninggalkan tafakkur akan menghalangi manusia dalam mengingat (tazakkur) sebab
tafakkur bermakna 'mencari' dan tazakur bermakna 'memiliki'. Oleh karena itu,
pertama manusia bertobat (kembali) dan setelah itu senantiasa mengingat Allah
swt.