(قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ)
[Surat An-Naml 34]
- Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.
Takwil Sufistiknya;
"Sesungguhnya 'Ilahi' apabila memasuki suatu 'hati', niscaya Ilahi akan memfanakannya, dan menjadikan seseorang yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat".
Sebab itu jika seseorang telah mengaku hatinya telah bertemu dengan Tuhan, seharusnya ia merasakan kehinaan dan kerendahan dihadapan Ilahi. tak lantas membuat hatinya menjadi mulia.
Jadi jika hati seseorang merasa mulia karena merasa dirinya telah menjadi seorang sufi atau telah memahami terma-terma sufistik, sebenarnya pada saat itu bukan Ilahi yang bertajalli pada hatinya, namun yang bertajalli adalah keangkuhan, kesombongan, ujub, dan riya dimana sifat-sifat tersebut adalah manifestasi dari sifat-sifat setan.
Kata Maulana Rumi:
Ketahuilah,
setan manusia banyak solatnya,
jadi jangan pergi asal baiat saja.
Karena si pemburu, taklid pada burung,
agar perangkap itu dapat memperangkap burung.
Agar suara burung terperangkap ini,
terdengar oleh kawannya,
hingga burung lain ke bawah,
dan juga terperangkap dengan sengatan.
Orang yang tak punya suara,
mencuri suara para Darwish,
agar mampu menipu kaum awam,
Kerja para Darwish adalah membahagiakan,
sedangkan para penipu hanya memberi sengatan