Bulan puasa memberikan kita kesempatan terbaik untuk memahami rahasia-rahasia manusia dan alam semesta. Sebab itu seharusnya di bulan puasa ini kita mencukupkan makan dan minum sekadarnya bagi tubuh kita. Sebab kita tak akan sampai kepada hakikat makrifat dalam kondisi kekenyangan. Rasulullah saw bersabda, “tak ada wadah bagi manusia yang lebih buruk seperti perut”. Jika perut dalam kondisi kekenyangan akan mempengaruhi pemahaman kita. Dan itu sebabnya dengan perut kekenyangan tak kan mampu menembus rahasia-rahasia batin alam ini.
Kekenyangan hanya akan memberikan kemalasan dan membuat tubuh menjadi lemah. Sedangkan makan sekadarnya akan memberikan kesehatan, keselamatan, umur panjang, dan hati yang bercahaya. Makan yang melampaui batas tentu akan menyibukkan jiwa sebab jiwa akan disibukkan mengurai makanan tambahan bagi tubuh, selain itu tubuh membutuhkan energi yang lebih banyak dalam proses pembakaran. Jika demikian, manusia yang sering dalam kondisi kekenyangan akan mempercepat proses pengrusakan tubuhnya atau dalam kata lain mempercepat kematiannya.
Kekenyangan atau makan yang melampaui batas akan membuat kita lemas sehingga akan menambah jam waktu tidur kita. Padahal seharusnya manusia tidur agar bisa memahami sesuatu yang lebih banyak. Bukan makan banyak agar bisa tidur lebih lama. Rasulullah saw pernah bertanya kepada sahabatnya, “pelajaran apakah yang engkau peroleh dari mimpimu semalam?”
Suatu hari seseorang bersendawa dihadapan Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw berkata kepadanya, “makanlah secukupnya, sebab sungguh tak layak jika manusia makan dengan kekenyangan yang membuat dia bersendawa di hadapan orang-orang”. Kemudian Rasulullah saw melanjutkan, “orang yang paling lapar di hari kiamat adalah orang yang paling kenyang di dunia ini”.
Kata Sufi, meskipun puasa membuat badan lemah, namun mendengarkan panggilan Ilahi “wahai orang-orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa” memberikan kenikmatan yang luar biasa sehingga ibadah tak lagi nampak sebagai sesuatu yang rumit dan susah.
Pesan Rasulullah saw di akhir bulan sya’ban, “Wahai Manusia, sesungguhnya jiwa kalian terpenjara dengan amal-amal kalian, bebaskanlah dengan istighfar kalian”. Maksudnya jiwa kita belum bebas, masih dalam penjara, dan sayangnya kita tak tahu sedang dalam penjara. Dosa-dosa kita telah memenjarakan diri ini. Bulan puasa dengan memperbanyak istighfar dan memohon ampun akan memberikan kebebasan diri.
Jalan untuk menentukan apakah kita masih terpenjara atau bebas ialah dengan melihat amal-amal kita. Jika kita melakukan sesuatu sekehendak kita atau semau kita, berarti kita masih dalam penjara ketamakan. Namun jika mengamalkan sesuatu sesuai dengan keinginan Ilahi berarti kita adalah hamba dan telah menemukan kebebasan.
Bulan puasa adalah bulan menemukan kebebasan. Jangan sampai kita biarkan hari-harinya berlalu begitu saja. Mesti ada rantai yang kita patahkan dalam setiap harinya di bulan puasa. Apalagi puasa adalah jalan terbaik agar mampu memahami hikmah-hikmah ibadah.
Berikut ini diantara hikmah puasa:
1. Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda, “berpuasalah! Agar kau peroleh ketenangan dan kebahagiaan selain di bulan puasa”. Sebab kebahagiaan selain di bulan puasa adalah kebahagiaan fatamorgana yaitu bersifat sementara dan cepat berlalu.
2. Sewaktu manusia berpuasa lalu hatinya terikat dengan kenikmatan puasa, perlahan-lahan ia akan sampai kepada batin puasa, bahwa batin puasa adalah bertemu dengan Ilahi. Sebab itu Allah swt berfirman, “puasa untukKu dan Akulah yang akan menebusnya”. Dan tebusan langsung ini hanya dikhususkan untuk ibadah puasa.
3. Ganjaran tertinggi puasa adalah bertemu dengan Ilahi. Ibn Atsir menjelaskan, tak ada satu pun orang musyrik yang berpuasa untuk berhalanya, meskipun mereka menyembahnya.
4. Namun manusia tak kan sampai kepada rahasia batin puasa jika hanya zahir manusia saja yang puasa. Batin manusia mesti puasa agar sampai kepada rahasia batin puasa yakni bertemu dengan Ilahi. Manusia semestinya tidak membiarkan imajinasinya diisi dengan hal-hal yang negatif.
5. Allah swt berkata kepada Musa as, “Wahai Musa, mengapa kau tak bermunajat kepadaKu? Musa as menjawab, “Duhai Tuhanku, saya sedang berpuasa dan jika sedang berpuasa, aroma mulut tidak mengenakkan, bagaimana mungkin saya bermunajat kepadaMu?” Wahai Musa, “aroma mulut orang yang berpuasa lebih aku senangi daripada aroma wangi kasturi?” Jawab Tuhan.
Sebab disana, wewangian hanya diraih dengan puasa. Salah satu batin puasa adalah parfum. Puasa adalah parfum di alam sana, alam ukhrawi.
6. Jangan katakan, ramadhan pergi atau ramadhan datang, tapi katakanlah, “bulan ramadhan datang atau bulan ramadhan pergi”. Sebab bulan ramadhan adalah salah satu nama diantara nama-nama Ilahi.
7. Filosofi puasa erat kaitannya dengan ‘imsak’ yakni menahan. Puasa mengajarkan kita agar bisa menahan. Jika bulan-bulan sebelumnya kita terbiasa untuk tidak menahan, bulan puasa mengajarkan kita agar sebisa mungkin belajar untuk menahan yakni mengendalikan hawa nafsu.
8. Orang-orang berpuasa sebenarnya sedang mengamalkan anjuran utama dalam nilai sufistik yaitu berakhlak dengan akhlak Ilahi. Sebagaimana Tuhan tidak makan dan minum manusia pun mengamalkan sifat Ilahi saat menjalankan ibadah puasa.
M. N. Jabir